Metrotvnews.com, Jakarta: Dokter tidak mempermasalahkan untuk dikirim ke daerah pedalaman, asalkan diberikan kompensasi dan bantuan. Hal itu mengingat beban hidup di daerah lebih besar ketimbang diperkotaan dan perlu dibantu agar tenang dalam bekerja.
“Dokter itu sebenarnya mau dikirim ke mana-mana, tapi sering gaji keluar sekali empat bulan. Bayangin, gaji dia itu Rp1,2 juta, ke Papua naik pesawat Rp3,5 juta harus bayar sendiri, lalu untuk menginap dia harus sewa, belum makannya. Lalu ada orangtuanya sakit, dia tidak bisa terbang balik karena tidak punya uang,” kata Ketua Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) Menaldi Rasmin seusai bertemu dengan Wakil Presiden Boediono di Kantor Wapres, Selasa (7/5).
Menaldi menerangkan, sebagian besar para dokter tidak masalah jika dikirim kedaerah, termasuk ke daerah pedalaman. Namun, permasalahan menjadi besar ketika biaya hidup di daerah itu sudah tidak bisa dipenuhi oleh para dokter. Hal tersebut kemudian dilaporkan kepada Wapres Boediono.
“Persoalannya setelah mau, negara harusnya berikan jaminan agar tenang dalam bekerja. Itu yang kami laporkan juga. Kalau tidak, jangan salahkan dokter banyak di kota. Dia tidak bisa hidup, bagaimana bisa kita biarkan dokter tidak bisa hidup,” papar Menaldi.
Menurut Menaldi, Wapres Boediono ingin ada solusi yang sistematis untuk permasalahan itu. “Menurut Wapres, ini persoalan yang semestinya bisa ditanggapi dan dicarikan jalan keluar yang sistematis dan selesai. Karena kita butuh sebenarnya akses dari masyarakat kepada dokter di seluruh Indonesia. Jadi menggerakkan dokter ke satu daerah juga harusnya membuat dokter tersebut merasa yakin dia kerja bisa tenang, itu manusiawi sekali,” tambah Menaldi.
Menaldi juga berharap ada bantuan dari pemerintah daerah setempat yang kedapatan dokter masuk daerahnya untuk dibantu. Ia berharap dokter di daerah dapat tenang beroperasi tanpa memikirkan biaya hidupnya.
“Ini jadi pekerjaan rumah kita bersama bagaimana dokter bisa terdistribusi dengan baik dan dokter bisa tenang bekerja dan sistem berjalan,” tutup Menaldi. (Fidel Ali Permana)
Editor: Henri Salomo Siagian