pentavalen-

JAKARTA, KOMPAS.com – Pemerintah berencana memberikan vaksin pentavalen dalam program imunisasi dasar mulai bulan Juli 2013. Vaksin pentavalen adalah vaksin dasar yang mampu mencegah lima penyakit, seperti difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, serta Hib (Haemophylus Influenza Type B).

Sebelum disatukan dalam vaksin pentavalen, vaksin DPT, Hib dan hepatitis B, masing-masing diberikan empat kali sehingga bayi menerima suntikan 12 kali.

Pemberian vaksin baru ini diharapkan akan mempermudah pemberian vaksin sehingga perlindungan terhadap penyakit menular pada bayi akan meningkat. “Pengenalan vaksin baru ini juga dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian bayi dan angka kematian ibu untuk pencapaian MDG,” kata Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi di Jakarta, Kamis (18/4/13).

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes Tjandra Yoga Aditama, mengatakan pemberian vaksin pentavalen produksi Biofarma tersebut akan dimulai dalam Pekan Imunisasi Nasional di empat provinsi, yakni Jawa Barat, Bali, Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Barat.

“Vaksin ini adalah vaksin dasar sehingga gratis,” kata Tjandra dalam acara jumpa pers Champion Award for Exceptional Work in Fight Againts TB dari USAID di Kementrian Kesehatan, Kamis (18/4/13).

Dalam situs Biofarma disebutkan, vaksin pentavalen berupa cairan dan diberikan dalam bentuk suntikan intramuskuler.  Vaksin pentavalent diperuntukkan bagi bayi berusia dua bulan dan diberikan tiga dosis sehingga bayi hanya disuntik tiga kali dengan interval waktu minimal satu bulan.

“Untuk bayi yang sudah lengkap mendapat imunisasi dasar kecuali vaksin Hib, maka bisa menunggu 1,5 tahun sebelum ditambahkan vaksin Hib,” kata Kasubdit Imunisasi Kemenkes, Sandra, dalam kesempatan yang sama.

Infeksi kuman Hib sangat berbahaya karena menimbulkan obstruksi saluran napas, septic arthritis, nyeri sendi. Selain itu, menyebabkan infeksi kulit yang biasanya terdapat pada wajah, kepala atau leher, pneumonia, demam, serta sesak napas.

Sandra menambahkan, penambahan vaksin Hib juga bertujuan untuk menekan jumlah anak yang menderita pneumonia (radang paru) yang merupakan penyebab kematian balita kedua di Indonesia.

Pneumonia menyebabkan gangguan pada saluran pernapasan sehingga bisa mengakibatkan kematian karena paru-paru tidak dapat menjalankan fungsinya untuk mendapatkan oksigen bagi tubuh.

 

Jakarta, Pemberian imunisasi untuk anak sudah tidak dipungkiri lagi pentingnya. Dengan adanya vaksin baru yaitu Pentavalen (DPT-HB-Hib), maka bisa dipastikan akan ada perubahan pada pemberian jadwal imunisasi anak.

Sasaran imunisasi untuk anak dikategorikan menjadi 2, yaitu untuk bayi dan batita. Untuk bayi, imunisasi yang diberikan merupakan imunisasi dasar yang terdiri atas Hepatitis, BCG, Polio 1-4, Pentavalen (DPT-BH-Hib), dan campak. Pembagiannya sesuai dengan usia bayi dibagi menjadi sebagai berikut:

– Bayi berusia 0 bulan diberikan imunisasi Hepatitis B 0
– Bayi berusia 1 bulan diberikan imunisasi BCG dan Polio 1
– Bayi berusia 2 bulan diberikan imunisasi DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2
– Bayi berusia 3 bulan diberikan imunisasi DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3
– Bayi berusia 4 bulan diberikan imunisasi DPT-HB-Hib 3 dan Polio 4
– Bayi berusia 9 bulan diberikan imunisasi campak

Sedangkan untuk batita, imunisasi yang diberikan merupakan imunisasi lanjutan. Imunisasi lanjutan ini tak kalah pentingnya untuk pencegahan penyakit pada anak. Untuk imunisasi lanjutan, anak akan diberikan DPT-HB-Hib dan campak. Pembagian imunisasi lanjutan untuk usia batita dibagi menjadi sebagai berikut:

– Batita berusia 18 bulan (1,5 tahun) diberikan imunisasi DPT-HB-Hib (minimum berjarak 12 bulan dari DPT-HB-Hib dosis terakhir)
– Batita berusia 24 bulan (2 tahun) diberikan imunisasi campak (minimum berjarak 6 bulan dari campak dosis pertama)

Lantas mengapa anak perlu diberikan imunisasi DPT-HB-Hib lagi?

“Perlu diberikan booster atau tambahan berupa imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib pada saat anak berusia 18 bulan atau 1,5 tahun. Sebab kekebalan yang terbentuk setelah pemberian DPT-HB-Hib 3 dosis sebelumnya akan menurun pada saat anak mencapai usia 15 bulan sampai dengan 1,5 tahun,” ungkap Prof Dr dr Sri Rezeki S. Hadinegoro, SpA(K), Ketua Satgas Imunisasi IDAI, dalam press briefing yang disampaikan di Gedung Kemenkes RI, Jl HR Rasuna Said, Jakarta, Selasa (20/8/2013).

error: Content is protected !!