Surabaya (ANTARA News) – Menteri BUMN Dahlan Iskan meminta para dokter jangan takut dengan masuknya dokter asing pada era pasar bebas dalam beberapa tahun mendatang, termasuk para dokter alumni Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.

“Masuknya dokter asing adalah kenyataan yang tidak bisa ditolak, tapi jangan takut dengan mereka, karena posisi kita sama dengan mereka, kalau dulu teknologi asing lebih canggih tapi sekarang sama,” katanya di auditorium FK Unair Surabaya, Jumat.

Saat menyampaikan kuliah umum tentang “Keinginan dan Kebutuhan Dokter pada Era Global” dalam rangka Seabad Pendidikan Dokter di Surabaya (1913-2013), ia mengibaratkan makanan dokter Indonesia dan dokter asing juga sama yakni makanan siap saji.

“Karena itu jangan berharap pada BUMN untuk membangun perusahaan khusus alat-alat kesehatan atau membangun klinik se-Indonesia, sebab kenyataan itu (masuknya dokter asing) pasti terjadi dan bukan hanya terjadi di sini,” katanya.

Dalam acara yang dihadiri ratusan alumni FK Unair dari berbagai provinsi dan bahkan luar negeri itu, orang nomer satu di BUMN itu menyarankan FK Unair justru harus membenahi kurikulum untuk mengantisipasi empat kenyataan yang pasti ada.

“Kenyataan pertama adalah masuknya dokter asing, lalu kenyataan kedua yang juga sudah datang yakni jumlah masyarakat kelas menengah ke atas sebesar 130 juta dan kelas menengah ke bawah sebesar 130 juta. Saya yakin, orientasi para dokter akan terbelah, karena itu saya minta FK Unair memberikan pendidikan dengan dua orientasi yakni orientasi kelas menengah-atas dan kelas menengah-bawah,” katanya.

Menurut mantan Dirut PT PLN itu, kelas menengah ke atas sebesar 130 juta dengan 50 juta di antaranya merupakan kelas atas itu dipastikan menuntut pelayanan kesehatan yang sangat berkualitas tanpa mempersoalkan tarifnya.

“Kenyataan adanya 130 juta kelas menengah ke atas itu akan mengalami peningkatan terus hingga menuju kenyataan ketiga yakni Indonesia meraih peringkat kesembilan untuk negara dengan pertumbuhan ekonomi yang maju dalam enam tahun ke depan,” katanya.

Tentu saja, kenyataan itu akan mendorong pula adanya kelompok tertentu yang mampu membangun seribu rumah sakit, seribu klinik, seribu apotek, dan sebagainya. “Itu tidak bisa dibantah, karena itu saya mendukung kalau para dokter berkelompok membentuk usaha bersama, apakah klinik bersama atau lainnya,” katanya.

Fakta keempat adalah pelayanan kesehatan yang berbasis asuransi. “Tahun depan akan ada 80 juta masyarakat yang dilayani dengan asuransi kesehatan, namun secara bertahap akan ditingkatkan hingga ratusan juta masyarakat,” katanya.(*)

error: Content is protected !!